Senin, 02 Februari 2009

Mundurnya Taufik yang Fenomenal

Seperti yang telah kita ketahui, Taufik Hidayat telah mengundurkan diri dari Pelatnas (Pemusatan Latihan Nasional) Bulutangkis Cipayung. Alasannya, Taufik mau menjadi pemain profesional yang mandiri, yang mengurus segala keperluannya dalam bertanding sendiri. Selain itu, Taufik juga menginginkan supaya terjadi regenerasi pemain, khususnya di nomor tunggal putra. Sedangkan kabar yang memberitakan bahwa Taufik mundur karena tidak dipanggilnya Mulyo Handoyo, pelatihnya selama ini ke Pelatnas, diakuinya sebagai alasan yang kesekian. "Saya ingin memberi kesempatan kepada pemain junior. Mudah-mudahan dengan saya keluar dari PBSI, PBSI bisa lebih maju dan atlet bisa berprestasi terutama di nomor tunggal," cetus Taufik. Taufik yang sudah sejak tahun 1996 berada di Pelatnas mengaku bahwa dia mundur dari Pelatnas dengan berat hati.
Taufik adalah seorang pemain yang bisa dibilang paling fenomenal dan sensasional di Indonesia saat ini. Mengapa fenomenal? Dalam usia yang masih sangat muda, Taufik sudah berhasil memperoleh prestasi yang sangat gemilang dan mengharumkan nama bangsa. Saya mengatakan Taufik sensasional karena dia bukan hanya sebagai atlet, namun juga sebagai artis. Dia sering masuk tayangan gosip, dan salah satu gosip yang masih saya ingat dari Taufik adalah Taufik dikabarkan memiliki anak dari wanita yang bukan istrinya. Ya, mungkin kabar itu hanya "bumbu-bumbu" pada karirnya. Taufik juga adalah pemain Indonesia yang paling populer sampai ke seluruh dunia saat ini.
Sebagai pemain, akhir-akhir ini Taufik memang jarang berprestasi gemilang seperti pada masa jayanya. Taufik terakhir kali juara di Macau Badminton Championship, mengalahkan Lee Chong Wei yang saat itu sedang cedera. Namun, jika melihat masa-masa kejayaan Taufik sebagai pemain, tentu bukanlah hal yang baik jika kita menghina Taufik dengan makin buruknya penampilan dia di kejuaraan internasional. Taufik berperan dalam mempertahankan Piala Thomas di Indonesia sampai tahun 2002, mempertahankan tradisi medali emas Indonesia di Olimpiade sejak 1992 dengan meraih emas satu-satunya bagi Indonesia di Olimpiade Athena 2004, menjadi juara dunia 2005, Asian Games, dan sejumlah prestasi lainnya. Mungkin masa keemasannya sebagai atlet sudah hampir habis. Seorang atlet tidak mungkin selalu berada di puncak kejayaan. Begitu juga Taufik. Meskipun sudah jarang berprestasi, Taufik adalah salah satu pahlawan bulutangkis Indonesia. Taufik juga menginginkan agar orang mengingat dia dengan prestasinya, bukan kegagalannya. Karena itu, dia mundur dari Pelatnas. Sekali lagi, Taufik mencoba hanya mengingat hal-hal yang baik dari Cipayung. Begitu pun ia minta semua orang mengingat hal yang baik tentang dirinya. "Jangan melulu dilihat konflik saya dengan banyak pihak. Tetapi ingatlah saya karena prestasi saya di olimpiade, kejuaraan dunia, dan yang lainnya. Karena itulah saya ingin mundur selagi saya masih di puncak. Saya tidak ingin dikasihani atau dilupakan orang."
Berikut sedikit kenangan Taufik di Pelatnas. Taufik mengenang, pelatnas Cipayung tidak lagi bernuansa sekolah, tetapi lebih suasana keluarga yang guyub. "Yang paling saya ingat tentunya bagaimana saya
dikerjain para senior saya," kata Taufik.
Cerita Taufik dikerjain seniornya memang bukan hal baru. Taufik muda selalu dihardik dan diledek para seniornya setiap kali "menyentuh" mobil-mobil milik para senior tersebut. "Heh lu enggak bisa beli tuh barang," kata para senior. Potongan kisah ini menimbulkan dendam dan semangat pada Taufik muda. Setelah berprestasi, Taufik membuktikan dirinya dengan membawa mobil jenis Toyota Alphard ke pelatnas Cipayung. "Bagi saya itu menjadi kenangan yang indah," kata Taufik. Meski begitu, ia juga memiliki beberapa kenangan pahit yang menurut dia juga dirasakan banyak pemain hingga sekarang. "Saya kira pengurus sekarang yang baru terpilih harus berubah dibandingkan yang lama. Sekarang komunikasi antara pengurus dan pemain harus lebih terbuka," katanya. Menurut Taufik, apa yang diinginkan dan dipahami oleh pemain sebenarnya sangat jelas. "Pemain tahunya adalah berlatih, bertanding, dan kemudian dievaluasi. Kalau gagal, ia harus siap untuk kehilangan haknya. Namun kalau berhasil, ia boleh menanyakan haknya," katanya. Hal-hal seperti inilah yang menurut Taufik tidak dilakukan oleh para pengurus dan sudah berlangsung bertahun-tahun di Cipayung.
Setuju tidak setuju, suka tidak suka, Taufik tetaplah salah satu pahlawan bangsa yang harus kita hargai. Ingatlah prestasinya yang sangat mengharumkan nama bangsa itu. Kegagalannya hanyalah pelengkap dari keberhasilannya. Karena tanpa kegagalan, mana mungkin ada orang yang mau berusaha lagi? Mari, kita dukung keputusan Taufik ini, dan kita dukung juga kiprahnya setelah keluar dari Pelatnas. Kita tunggu prestasinya. Siapa tahu, bisa jadi juara All England Maret nanti.
Maju terus, Taufik!
Sumber :
Okezone
Kompas

Tidak ada komentar: