Jumat, 27 Februari 2009

Menjelang All England 2009

Pada tanggal 3-8 Maret 2009 nanti, kejuaraan Yonex All England Super Series akan diselenggarakan di National Indoor Arena, Birmingham, Inggris. Tingkatannya super series, hadiahnya tidak terlalu besar, dan hampir sama dengan kejuaraan lainnya. Namun, yang membedakan adalah kejuaraan ini merupakan kejuaraan internasional bulutangkis tertua di dunia, yang tentunya sangat prestisius. Indonesia pertama kali menjadi juara All England pada tahun 1958 (kalau tidak salah) melalui Tan Joe Hoek. Sedangkan pemain Indonesia yang paling banyak meraih gelar adalah Rudy Hartono Kurniawan di nomor tunggal putra, yaitu sebanyak 8 kali, dan rekor ini masih belum ada yang bisa memecahkan. Terakhir kali Indonesia meraih gelar di All England pada tahun 2003, melalui pasangan ganda putra, Sigit Budiarto/Candra Wijaya.
Menjelang All England, sejumlah pemain Indonesia tak jadi berangkat karena alasan cedera. Pemain-pemain tersebut adalah pasangan ganda putra Markis Kido/Hendra Setiawan dan pemain tunggal putri, Maria Kristin Yulianti. Di nomor ganda campuran, Indonesia kehilangan satu pasangan menyusul mundurnya Vita Marissa dari pelatnas, sehingga Muhammad Rijal tak jadi berangkat. Vita sendiri dari awal memang direncanakan untuk tidak bermain di nomor ganda putri tahun ini. Jadi, mundurnya Vita tidak mempengaruhi ganda putri Indonesia. Dengan demikian, mau tidak mau pasangan ganda campuran Nova Widhianto/Lilyana Natsir yang menjad tumpuan Indonesia pada All England kali ini.
Bila dihitung-hitung, ini adalah kali kelima keikutsertaan Nova/Lilyana di ajang All England. Hasil terbaik diperoleh mereka tahun lalu, di mana mereka harus puas menjadi runner-up setelah dikalahkan pasangan China, Zheng Bo/Gao Ling di final yang berlangsung ketat selama 3 set. Setelah pasangan ini tidak bermain lagi, sepertinya lawan terberat sekaligus musuh bebuyutan sudah tidak ada. Namun, masih banyak pasangan lain yang bisa menjadi ancaman. Sebut saja pasangan Korsel, Lee Yong Dae/Lee Hyo Jung serta pasangan China He Hanbin/Yu Yang dan Xie Zhongbo/Zhang Yawen. Duet Lee/Lee memenangi 3 dari 4 laga pertemuan mereka, sedangkan kemenangan Nova/Lily diperoleh di final Proton Malaysia Super Series Januari lalu. Melawan He/Yu, terakhir kali di semifinal Olimpiade Beijing 2008 yang berbuah kemenangan setelah pertandingan 3 set. Sedangkan untuk Xie/Zhang, Nova/Lily kalah dalam beberapa pertemuan terakhir. Perjuangan memang sangat berat. Apalagi, Nova/Lily mendapat beban untuk menjadi juara, seperti yang sudah ditargetkan. Selain itu, ada keinginan pribadi untuk bisa memecahkan "misteri" selama 30 tahun, di mana Indonesia sampai sekarang belum bisa meraih gelar ganda campuran All England, setelah diraih pertama kali pada tahun 1979 oleh pasangan Christian Hadinata/Imelda Wigoena.
Peluang di nomor lain tentunya masih terbuka, namun jauh lebih berat. Di tunggal putri misalnya. Setelah mundurnya Maria, yang tersisa hanya Adrianti Firdasari dan Pia Zebadiah Bernadet. Hasil undian yang kurang menguntungkan membuat mereka harus berhadapan dengan pemain-pemain unggulan di babak-babak awal. Sedangkan di ganda putra, pemain Indonesia nampaknya belum bisa mengimbangi pasangan-pasangan lain yang lebih hebat. Di tunggal putra, selain berhadapan dengan pemain unggulan, pemain-pemain Indonesia berada dalam pul yang sama.
Dalam setiap kejuaraan, pasti ada peluang dan lawan berat yang menunggu. Jadi, yang harus dilakukan hanyalah berusaha untuk menang dan menampilkan permainan yang terbaik, serta menjaga fisik dan stamina. Dan yang terpenting, jangan lupa berdoa.

Tidak ada komentar: