Sabtu, 24 Januari 2009

Bagaimana Nasib Bulutangkis Indonesia?

Harus diakui, bulutangkis adalah satu-satunya cabang olahraga yang bisa membanggakan Indonesia di pentas dunia berkali-kali, dari dulu sampai sekarang. Puncaknya, medali emas pertama Indonesia di kejuaraan sebesar Olimpiade didapatkan melalui cabang olahraga ini (1992). Betapa kita harus berbangga dengan para atlet bulutangkis yang kita miliki, baik yang dulu, maupun yang sekarang. Namun pada kenyataannya, orang yang menyukai olahraga bulutangkis di Indonesia tidak lebih banyak daripada yang menggemari olahraga semacam sepak bola atau bola basket. Sungguh malang nasib bulutangkis di Indonesia. Jika prestasi bulutangkis dibandingkan dengan sepak bola atau basket, tentu sangat jauh bedanya. Contohnya, bulutangkis meraih medali emas di Olimpiade 2008. Sedangkan sepak bola atau basket? Main saja tidak. Di tingkat internasional sendiri, bulutangkis juga kalah pamornya dari tenis.
Belakangan, banyak pemain Indonesia mengikuti turnamen dengan biaya sendiri. Namun, setelah ada pemanggilan pemain ke pelatnas, pemain yang terpanggil itu mungkin dibiayai PBSI dan sponsor lain, seperti PLN. Sedangkan yang belum dipanggil, harus berangkat dengan biaya sendiri. Contoh akibatnya, ganda putri Vita Marissa/Lilyana Natsir tidak mengikuti turnamen Yonex Korea Super Series 2009. Menurut kabar yang saya dengar, itu karena Vita tidak mempunyai cukup biaya. Nah, bagaimana mau berkembang, kalau mengikuti turnamen saja tidak? Apalagi dengan alasan yang cukup memiriskan, biaya. Yang menjadi pekerjaan pemain itu hanya berlatih dan bermain. Apapun hasilnya, yang jelas pemain itu telah berusaha semampu mereka. Tapi sekarang, pemain memiliki pekerjaan tambahan, yaitu mencari sponsor. Itu seharusnya menjadi tugas PBSI sebagai organisasi yang menaungi olahraga bulutangkis ini. Mungkin ini dampak dari krisis global yang sedang melanda dunia sekarang ini.
Tahun ini, Vision1 Sports menayangkan semua kejuaraan super series babak semifinal dan final (kecuali Indonesia SS yang kemungkinan besar ditayangkan TV swasta), kejuaraan Asia, Kejuaraan Dunia dan beberapa GP(Grand Prix). Siaran ini selalu di-relay secara langsung ke beberapa TV lokal yang kemungkinan besar merupakan anak perusahaan MNC (Indovision juga anak perusahaan MNC), seperti Deli TV Medan, IMTV Bandung, Pro TV Semarang dan SUN TV Makassar. Ini merupakan sebuah langkah yang bagus untuk lebih mempopulerkan bulutangkis di Indonesia. Sekaligus, menarik minat sponsor untuk PBSI. Dengan begini, pemain tidak perlu lagi repot mencari sponsor sendiri, meskipun hal itu juga tidak dilarang. Ini akan membuat pemain lebih berkonsentrasi dalam bermain, dan pada akhirnya bisa meraih hasil maksimal, yang akan membanggakan Indonesia di pentas dunia. Jadi, saya harap TV Indonesia bisa terus menayangkan kejuaraan bulutangkis, bukan hanya tahun ini saja. Kalau bisa, jangan TV berbayar, tapi TV swasta, supaya semua masyarakat bisa menyaksikannya. Saya sendiri bisa menonton melalui SUN TV.
Semoga ke depannya bulutangkis Indonesia makin berjaya, apalagi menghadapi kejuaraan All England yang dimulai 3 Maret nanti, Piala Sudirman pada bulan Mei dan Kejuaraan Dunia pada bulan Agustus. Salam bulutangkis.

Tidak ada komentar: