Senin, 22 September 2008

Yonex Japan Super Series 2008

Turnamen Yonex Japan Super Series telah berakhir hari Minggu yang lalu. Hasilnya cukup memuasakan bagi Indonesia, dengan 2 gelar. Gelar pertama sudah dipastikan sejak hari Sabtu, yaitu pada nomor ganda campuran, di mana terjadi All-Indonesian Final. Muhammad Rijal/Vita Marissa keluar sebagai pemenang pada pertandingan ini dengan mengalahkan kompatriotnya, Nova Widianto/Liliyana Natsir dengan skor 14-21, 21-15, 21-19. Hasil yang cukup bagus bagi pendatang baru, terutama bagi Vita. Vita sempat berganti pasangan paling kurang 3 kali, dan langsung memperoleh gelar juara. Yang pertama bersama Flandy Limpele(Singapore Super Series 2007), kemudian Liliyana Natsir(China Masters 2007), dan yang terbaru, bersama Rijal di turnamen ini. Gelar kedua diperoleh oleh Sony Dwi Kuncoro yang mengalahkan tunggal putra andalan Malaysia, Lee Chong Wei dalam pertandingan 2 set, 21-17, 21-11. Kedua hasil ini memang hasil yang mengejutkan. Mereka berhasil mengalahkan unggulan pertama pada turnamen ini. Sedangkan Bona Septano/Muhammad Ahsan gagal meneruskan kejutan mengalahkan pasangan unggulan, setelah kalah dari Lars Paaske/Jonas Rasmussen di partai puncak, 17-21, 21-15, 13-21. Gelar tunggal putri dibawa oleh Wang Yihan yang membuat kejutan dengan mengalahkan Zhou Mi, 21-19, 17-21, 21-15. Gelar ganda putri diraih oleh Cheng Shu/Zhao Yunlei, juga dengan kejutan mengalahkan Chin Eei Hui/Wong Pei Tty, 21-19, 5-21, 21-18. Dari hasil di atas, dapat disimpulkan bahwa para peraih medali di Olimpiade Beijing yang lalu, tidak satu pun yang berhasil memperoleh gelar juara. Makanya, banyak kejutan. Pemain/pasangan yang memperoleh medali Olimpiade Beijing yang ikut pada kejuaraan ini adalah Lee Chong Wei, Maria Kristin Yulianti, Markis Kido/Hendra Setiawan, dan Nova Widianto/Liliyana Natsir. Maria dan Kido/Hendra bahkan harus kandas di babak perempat final. Maria dikalahkan Lu Lan(balas dendam, nih), dan KiNdra dikalahkan rekan sepelatnas, Rian Sukmawan/Yonatan Dasuki Suryatama.
Memang terlihat aneh, kok yang dapat medali gagal semua ? Nah, kalo Chong Wei, saya nggak tau kenapa. Tapi, kalo atlet Indonesia, mungkin saya bisa menjelaskan sedikit. Ketika pulang dari Beijing, mereka harus menempuh waktu perjalanan yang tidak sebentar. Apalagi, tibanya juga malam. Belum lagi ketika tiba, mereka pergi lagi ke mana-mana. Misalnya pergi untuk terima bonus dari Presiden dan Menteri, terima bonus dari klubnya, atau ada yang pulang kampung mungkin. Tadi pagi, waktu berangkat ke sekolah, saya dengar di radio BBC, atlet-atlet itu diberi waktu istirahat 1 minggu, dan 1 minggu untuk pemulihan fisiknya. Jelas, persiapannya sangat singkat dibandingkan atlet yang gak dapet medali. Apalagi, kejuaraan ini nggak diikuti pemain-pemain top China dan Korea. Hal ini pastinya sangat menguntungkan para pemain muda. Nggak kebayang deh, gimana capeknya para pemain senior. Belum lagi, mereka udah harus berangkat ke China lagi untuk ikut China Masters, kecuali Maria.
Khusus pertandingan Nova/Liliyana vs Rijal/Vita, mungkin ada alasan lain. Nova/Liliyana pasangan lama, dan Rijal/Vita pasangan baru. Sudah pasti, Vita bersama Flandy dan Rijal bersama Greysia pernah melawan Nova/Liliyana, dan udah tau gaya bermain mereka. Sedangkan, Nova/Liliyana masih belum tau gaya bermain Rijal/Vita, karena mereka pasangan baru. Memang, dalam pertandingan Nova/Liliyana bisa "membaca" gaya bermain Rijal/Vita. Tapi, Rijal/Vita yang udah tau dasar gaya bermain Nova/Liliyana, makin tau lagi, karena mereka juga "membaca" gaya bermain Nova/Liliyana pada pertandingan itu. Mungkin ini juga salah satu sebab, kenapa Nova/Liliyana kalah dari Rijal/Vita.
Untuk China Masters, seharusnya tim Indonesia bisa mempertahankan atau melebihi prestasi di Jepang ini, karena pemain yang ikut kurang lebih sama. Terus berjuang, Indonesia Bisa !

Tidak ada komentar: