Kamis, 09 Oktober 2008

Atlet vs Artis

Sebelumnya, saya memohon maaf karena saya tidak sempat mengulas secara lengkap hasil dari GPG Macau dan GP Bitburger. Tapi, ada sedikit ulasannya. Mungkin semua sudah tau kalo Taufik menang di Macau, dan Maria Febe menang di Bitburger. Hasil ini tentu saja menggembirakan bagi kita. Febe berhasil meraih gelar, meskipun dia bukan unggulan. Dan Taufik berhasil mengalahkan Lee Chong Wei. Penyebab kemenangannya, saya tidak tau pasti. Tapi, dari beberapa kenalan saya, ada yang bilang kalo Taufik lagi main bagus, dan kalo dia main bagus, sulit ditandingi. Ada juga yang bilang Taufik itu beruntung, karena Chong Wei lagi cedera. Itu cuma pendapat orang, belum tentu benar.
Oke, sekarang saya kembali ke topik, yaitu Atlet vs Artis. Atlet yang dimaksudkan di sini adalah atlet bulutangkis, karena saya suka bulutangkis.
Seandainya, kita menanyakan pertanyaan ini kepada beberapa pejalan kaki di jalanan, mungkin lebih dari setengah jawabannya akan sama. Pertanyaannya adalah : Siapa yang Anda lebih kenal namanya, Liliyana Natsir(saya mengambil nama ini karena bisa dibilang, dia pebulutangkis putri Indonesia yang paling terkenal saat ini) atau Luna Maya(saya rasa semua sudah tau alasan penggunaan nama ini), kemungkinan jawaban dari orang-orang yang ditanyakan adalah Luna Maya.
Menjadi atlet yang hebat itu sebenarnya lebih enak daripada jadi artis(khususnya di Indonesia). Kenapa? Karena jadi atlet hebat itu namanya bisa terkenal sampai ke seluruh dunia, terutama bagi pecinta bulutangkis. Saat ini, Indonesia kekurangan pemain putri yang memiliki potensi bagus. Sayang, banyak wanita Indonesia yang lebih memilih untuk bekerja di bidang entertainment dibanding menjadi atlet. Padahal, banyak yang memiliki potensi untuk itu. Memang, menjadi artis itu bisa dikenal sama hampir semua orang di negaranya.
Di sinilah letak kesalahan dari masyarakat Indonesia. Mereka lebih mengenal artis daripada atlet yang jelas-jelas sudah membanggakan Indonesia dan mengharumkan nama Indonesia di tingkat internasional. Para atlet kurang dihargai oleh masyarakat di negaranya sendiri.
Mulai sekarang, kita harus lebih menghargai lagi para atlet itu. Apakah dia sudah banyak berprestasi atau belum, sekali lagi saya tekankan, harus tetap kita hargai.
Hal ini berdampak pula pada jenis tayangan televisi. Televisi saat ini seakan-akan tela "dipenuhi" oleh sinetron-sinetron yang bertabur artis, dan tayangan-tayangan yang kurang mendidik masyarakat. Sedangkan, pertandingan-pertandingan para atlet Indonesia(khususnya bulutangkis), belum tentu setahun sekali. Sangat disayangkan sekali stasiun televisi Indonesia hampir tidak ada yang mau menayangkan tayangan olahraga yang melibatkan atlet Indonesia. Kerjaannya selalu tayangin yang luar negeri, yang gak ada atlet Indonesia-nya. Tayangin yang luar negeri sih, boleh-boleh saja. Tapi, harus diimbangi dengan olahraga yang melibatkan pemain dalam negeri. Perlu diingat, olahraga itu bukan hanya sepak bola saja.
Kalo di luar negeri, salah satunya China, ada saluran khusus olahraga. Di saluran itu, bisa disiarkan tayangan-tayangan olahraga, baik dalam maupun luar negeri. Saran saya, seharusnya Indonesia memiliki saluran televisi seperti itu, agar kita bisa melihat aksi-aksi atlet Indonesia, khususnya bulutangkis, karena bulutangkis yang telah berhasil membuat Indonesia berprestasi dengan sangat baik di tingkat dunia. Atau sekalian, ada 1 saluran TV yang olahraganya lebih diutamakan untuk bulutangkis. Kalo alasan pihak televisi itu adalah biaya, berarti pihak itu lebih mementingkan uang daripada bangsa sendiri. Semoga ada stasiun TV yang menyadari hal ini, dan mulai menayangkan olahraga yang melibatkan atlet dalam negeri, terutama bulutangkis.

Tidak ada komentar: